16 Februari, 2011

SURAT UNTUK SOPHIE

Malang, Januari 2005
Teruntuk temanku, Sophie
Yang Mendekap dan menyetubuhi pikiranku secara bebas


Sophie,
Sebelum aku mulai, ada yang perlu Sophie ketahui bahwa harapan atau keinginan adalah setali tiga uang dengan hidup. Karena ketika kita kehilangannya, itu sama saja dengan kehilangan batere terakhir yang akan kita gunakan ‘tuk menjalani sisa perjalanan yang ada. Paling tidak aku meyakininya seperti itu Sophie, bukan apa-apa karena paling tidak aku pernah mengalaminya ya, mengalami sebentuk asa.

Cerita itu bermula ketika aku melihat tentang kesemrawutan dan ketidakteraturan, sama sekali bertolak belakang dengan apa yang aku pelajari hari ini, semua tentang ketertiban dan keteraturan. Kondisi itu sangat menakutkan Sophie, aku bergetar, rasa takut semasa kecil itu kembali, sama menakutkannya seperti makhluk yang ada dalam setiap tidurku, badannya tinggi sampai-sampai jari kakinya sendiri ia tidak melihatnya, saking panjangnya tangan kalau dia renangkan keduanya pun tak terlihat yang ada hanya dingin dan hitam, ya dingin dan hitam... pun pandangannya sangat jauh sekali tapi anehnya makhluk mengerikan itu ternyata hanya berada dalam sebuah peti mati yang cukup kecil yang tampak hanya mampu menampung tubuh kebanyakan orang mati dan yang paling mengerikan lagi dilalah makhluk itu ternyata aku Sophie, mengerikan sekali...

Pada kondisi yang sangat berantakan itu kulihat diriku sedang bermain catur dengan sang kematian yang tak pernah sekalipun terlihat sunggingan senyum di bibirnya. Kondisiku cukup kritis karena yang tersisa cuma dua buah pion dan satu benteng, bagaimana mungkin bisa menang Sophie? sedang yang kuhadapi adalah segerombolan perwira yang lengkap dengan strategi perang langitnya, tentu jauh dari sebuah kitab dari Sun Tzu tentang seni berperang yang kupunya, untuk pemula lagi...

Disaat itulah semua dengan cepatnya membersit dalam benak ini, begitu cepatnya cita-cita, obsesi, rasa ingin tahu, cinta yang kuyakin kesemuanya itu tak satupun sang kematian tau apalagi mengerti atau memahami. Begitu cepatnya keinginan untuk dapat membuka rahasia misteri keabadian, begitu cepatnya harapan untuk menjadi manusia yang mengenal betul siapa atau apalah yang telah membuatku berada di muka bumi yang panas ini, begitu cepatnya keinginan dan harapan untuk dapat bertahan hidup itu hadir, ya keinginan untuk bertahan hidup. Habis sudah kata yang terpikir kecuali harapan dan keinginan itu, meloncat begitu saja aku pernah merasakan sesuatu yang lebih menyakitkan dari ini, TIDAK, AKU TIDAK AKAN HABIS, AKU TIDAK AKAN MATI, TIDAK KEMARIN, HARI INI, DISINI, TIDAK KALI INI, aku yakin aku masih bisa bertahan, AKU BISA, BESOK, LUSA, SELAMANYA...

jika surga dan neraka tak pernah ada
masihkah engkau bersujud kepada-Nya...

Lamat-lamat syair Chrisye menyambut disela-sela kebisuan.
Sakit di kaki kiri ku menyentakku, membawaku kembali ke alam sadar, jelas waktu itu aku sangat membutuhkan Paramex Sophie, kepalaku sakit sekali, semua berputar. Dering telpon ditengah hujan deras malam selasa itu tentu tak akan bisa aku lupakan, dengan terhuyung kulihat tak ada satupun kehidupan di rumah ini. Rasa sakit itu memaksaku untuk teriak S I A L !
kumohon hentikan penderitaan ini...

kupikir Tuhan tentu akan terlalu sibuk dengan tugasnya yang lain dari pada menoleh sekedar mendengar jeritku, Tuhan mungkin tak akan peduli pada sakit yang tidak seberapa bahkan tidak seujung sel siksa yang diterima anak-Nya, ya’ aku ga bisa bayangkan penderitaanmu, Yesus. Deritamu ketika mengajarkan kasih pada manusia. Tuhan tentu saja lebih sayang pada mereka yang tau makna Tauhid, Pembesasan, Membebaskan atas nama-Nya Yang Maha Bebas, mereka yang melakukan gerakan sosial, membela mustadz’afin dan mengorginisirnya, mereka yang berdakwah di ladang-ladang tebu, selokan, persimpangan jalan sambil berkata, lawan!

Atau barangkali benar juga yang dikatakan Suster Mary, dalam “suster mary explain everything” bahwa sebenarnya Tuhan menjawab semua do’a manusia yang ditujukan pada-Nya, hanya saja tidak semua jawab-Nya adalah ‘ya’ karena ‘tidak’ pun sebuah jawaban. Kataku ‘Tuhan, tolong hentikan sakit di kaki ini?’ jawab Tuhan ‘TIDAK’

Tuhan, sembuhkan ibuku dari Kanker yang dideritanya pinta seorang teman di Blitar sana sebelum ibunya pergi untuk selamanya dari muka bumi ini.. dan apa jawab Tuhan, ya Tuhan berkata, Tidak! Tuhan, berilah ketabahan dan kesabaran yang besar bagi mereka yang ditinggalkan korban Tsunami di Aceh... dan jawab-Nya, Tidak! Nyatanya memang kita temui banyak mereka yang shock, stress dan depresi atas tragedi itu...

Dia memang pantas untuk sombong Sophie...
sakit sekali..

♥ ♠ ♦ ♣ tulisan ini ditemukan dalam file terserak semasa kuliah..


related post



0 komentar:

Posting Komentar

sebenernya sih enggan, karena takut juga dengernya, tapi gimana lagi ntar dibilang melanggar HAM, ga' ngasih tempat buat protes, dah nulis ga' tanggung jawab.. okelah konstruktif, dekonstrukstif maupun dekstruktif sekali pun aku siap dengarnya.
thanks for comment..