UNTUK MENCAPAI TUJUAN
Tuhan, kita masih ngobrol bukan?
dari semua dagelan ga’ lucu di panggung Kehancuran HMI
yang terdengar hanya bisikan kecil... “yakin usaha sampai...”
MEMBACA tema yang diangkat dalam Musyawarah Komisariat (Muskom) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang Koordinator Komisaariat (Korkom) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang dilaksanakan tanggal 23-.....Mei 2005 bertempat di gedung DPD Partai GOLKAR, Batu. “Penguatan Organisasi untuk Mencapai Tujuan HMI” mengingatkan penulis pada Pakar Komunikasi UI, Jalaludin Rakhmat, yang akrab dipanggil Kang Jalal ketika merumuskan beberapa ciri atau karakter Homo Orbaicus di bukunya Rekayasa Sosial, Reformasi, Revolusi atau Manusia Besar?
penulis sempat berpikir dari mana datangnya tema Muskom tersebut, jika melihat kondisi sosial perkaderan HMI di lingkungan Korkom UMM belakangan ini, yang sempat terbersit cuma, jangan-jangan pengurus Korkom punya kamus tersendiri dalam mengartikan tema tersebut yang disebut Kang Jalal Structure of Organized Lying (struktur kebohongan yang terorganisir) ya’ sama seperti kita artikan ‘kejahatan’ tetapi bagi pejabat Orde Baru cuma ‘kesalahan prosedur’, katanya ‘Dewan Perwakilan Rakyat’ tetapi kok jarang—kalau tidak boleh dibilang tidak sama sekali—berbicara tentang rakyat, kita salah mengartikan kata ‘Rakyat’ sebagai orang-orang semacam kita ini, juga seperti mahasiswa yang ingin masuk gedung ‘Rakyat’ tapi kok tidak diperbolehkan, sekali lagi kita salah, atau kerapkali kita dengar pejabat yang mengatakan “pembangunan untuk kesejahteraan rakyat” lagi-lagi kita salah kalau melihat, kita kok tidak sejahtera-sejahtera, sebenarnya akan nyambung kalau kita gunakan kamus lain seperti Rakyat = Pejabat, sehingga yang dibicarakan wakil ‘pejabat’ itu adalah ‘pejabat’, gedung itu milik ‘pejabat’, pembangunan untuk kesejahteraan ‘pejabat’.
Coba gantikan kata ‘Penguatan’ menjadi ‘Pengkhianatan’ dan kata ‘HMI’ menjadi ‘Perorangan’ atau kata ‘Perkaderan’ jadi ‘Kekuasaan’ dan yang lain, kita pasti akan nyambung dengan semua omongan para personalia pengurus Korkom dalam Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) yang mereka buat dan semuanya akan menjadi benar (everything makes sences).
Penulis memang tidak melihat opening ceremony Muskom, karena penulis baru hadir di hari kedua, namun penulis jelas melihat lawakan yang mengerikan (terrible jokes) dari hari kedua, saat Sidang Pleno I dengan agenda Pemilihan Presidium Sidang yang berjumlah 3 (tiga) orang, bagaimana tidak ngelawak, mood dan gordon HMI ketinggalan—atau memang tidak dibawa, lupa? kalau ini Muskom—bahkan Palu Sidang sempat hilang, kemudian pemilihan presidium sidang tersebut sampai 10 (sepuluh) kali karena tidak ada yang bersedia dan yang lebih mengerikan lagi saudara Bayu Swastika selaku ketua Korkom sempat dipilih dan ditanya tentang kesediaan dicalonkan sebagai presidium sidang, pun saudara M. Rondhi selaku Ketua Bidang PTKP, ngeri-ngeri... terlihat bahwa pengurus Korkom hari ini telah ditinggalkan sama sekali bahkan oleh Komisariat yang merekomendasikan mereka? Ada apa?
Pantaslah kiranya pengurus Korkom ditinggalkan—subyektif penulis dalam memberi judul tulisan ini dan penulis siap untuk mempertanggungjawabkannya, kayak dikasih amanah aja, tapi kalau penulis betul perorangan bukan organisasi!—jika melihat apa yang telah dilakukan oleh pengurus Korkom lebih dari 1 (satu) tahun ini. Ada banyak pengkhianatan yang penulis lihat, antara lain;
Pertama, Pengkhianatan terhadap Konstitusi dimana pengurus Korkom—atau lebih tepatnya Ketua Umum, sebagai Formatuer terpilih Muskom lanjutan ke IX—tidak mengindahkan ketentuan Pasal 37 Poin a. Anggaran Rumah Tangga (ART) HMI yang berbunyi “formasi pengurus Korkom sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum”. Bidang Keuangan dan Logistik dengan personalianya adalah Bendahara Umum sejak kepengurusan tidak ada? atau mungkin ada tapi non aktif, wallahu’alam karena memang tidak ada mekanisme organisasi yang dipakai dalam menyelesaikan persoalan tersebut, kemudian pengunduran diri Saudara Muhammad Sholeh selaku Sekretaris Umum tidak pernah disikapi secara organisatoris dalam kepengurusan Korkom (lihat risalah pengunduran diri jelang satu hari Muskom ke X, Saudara Imtihan selaku Ketua Bidang PPPA HMI Cabang Malang Korkom UMM) bahkan surat pengunduran diri tersebut tidak pernah diperlihatkan isinya oleh Saudara Bayu pada pengurus Korkom yang lain, betulkah dalih Ketua Umum Korkom pada saat Sidang Pleno II, bahwa pengunduran diri saudara Sholeh karena hal prinsipil dan pribadi? Benarkah ini permasalahan personal bukan organisasi? Atau jangan-jangan isinya... ah, biarlah jadi Super Semar-nya HMI Cabang Malang Korkom UMM meskipun itu sebenarnya adalah inventaris organisasi dan dokumentasi historis yang bermanfaat bagi masa depan.
Kedua, Pengkhianatan terhadap Ketetapan-ketetapan Muskom ke IX yang dilaksanakan di Islamic Center, Batu dan dilanjutkan di Balai Desa Tirto Utomo, Malang.ini terlihat jelas dengan Garis-garis Pokok Program Kerja (GPPK) atau Program Kerja tepatnya yang tidak dituliskan dalam LPJ dan bagaimana personalia pengurus Korkom dalam Sidang Pleno II tidak mampu menyebutkan apa-apa yang ditetapkan dalam GBPK tersebut walaupun cuma 3 (tiga) sebagaimana ditanyakan peserta Muskom, bahkan draft hasil Muskom ke IX itu pun entah berada di rimba mana?
Ketiga, pengkhianatan terhadap institusi Korkom UMM, penulis melihat bahwa ini bukan pertanggungjawaban institusi Korkom, ini hanyalah—cuma hanya—pengadilan kita, anggota HMI Cabang Malang Komisariat di lingkungan Korkom UMM atas tindakan, perbuatan, aktifitas beberapa orang yang seolah-olah Korkom, ini tidak layak disebut organisasi, ini bukan HMI..!!! pengkhianatan disini terkait dengan pelecehan terhadap mekanisme organisasi, katakanlah beberapa kasus seperti saudara Bayu Swastika membawa nama HMI Cabang Malang Korkom UMM seenak udel-nya, dan beberapa persoalan organisasi yang “diselesaikan” (kenapa tanda kutip? karena menurut penulis dari sekian banyak persoalan organisasi satu periode Korkom, tidak ada yang terselesaikan). Saudara Bayu merasa dirinya adalah institusi Korkom, padahal kita tahu—dan ma’af, camkan ini baik-baik—personal yang dilembagakan = duri dalam daging HMI! = api dalam sekam HMI! = menggunting dalam lipatan HMI! = pagar makan tanaman HMI! = musuh dalam selimut HMI! = kacang lupa kulit HMI! = nila dalam sebelanga susu HMI!.
Keempat, Pengkhianatan terhadap Komisariat-komisariat HMI cabang Malang dilingkungan Korkom UMM. Dimulai dari hal-hal yang sedikit taktis dalam organisasi seperti penyikapan Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang melahirkan delegitimasi institusi Korkom oleh Komisariat dengan aksi bersama pada hari Rabu, 23 Maret 2005 mengatasnamakan HMI Komisariat UMM di Depan Gedung DPRD Kota Malang (lihat Jawa Pos Radar Malang, Kamis, 24 Maret 2005), diakhiri dengan tragisnya hal strategis organisasi yakni Konferensi Cabang (Konfercab) ke 44 HMI Cabang Malang dimana kesepakatan 7 (tujuh) Komisariat dengan Korkom sebagai fasilitatornya tentang prosesi Konfercab akan dibicarakan bersama dengan mekanisme yang telah disepakati bersama. Dimana prosesi berakhir dengan mengantarkan HMI Cabang Malang Korkom UMM (perlu dicatat: sekedar nama!) sebagai second line saudara Doni Prasetyo sebagai Formatuer HMI Cabang Malang Periode 2005-2006 dan Saudara Bakhtiar Nurul Huda sebagai Mide Formatuer dari HMI Cabang Malang Korkom UMM dengan kompensasi struktur 6 (enam) Presidium (1 sekum, 1 staf ketua dan 4 wasekum) yang kemudian di saat pelantikan pengurus HMI Cabang Malang tanggal 21 Mei 2005 yang lalu melahirkan nama-nama; Saudara Khoirul Huda selaku Sekretaris Umum, Saudara Bayu Swastika selaku Ketua Bidang PPD, Saudara Muhammad Rondhi selaku Wasekum KU Saudara Muhammad Iqbal selaku Wasekum PAO, Saudara Kushadi selaku Wasekum PPPA dimana “siapa layak dimana” tidak diketahui lahir dari mekanisme apa, Komisariat-komisariat bersamakah? jawabnya tentu Tidak!, Rapat Presidium Korkom? Juga, Tidak!, Mekanisme Tim Sukses? Sekali lagi wallahu’alam... yang kemudian diketahui di saat LPJ Bidang PTKP pada Sidang Pleno II Muskom ke X lahir dari rekomendasi komisariat masing-masing, yang sebenarnya juga melahirkan beberapa pertanyaan yang sampai tulisan ini dibuat belum terjawab!!! seperti dimana Etika Perkaderan Struktur dengan menaruh saudara Khoirul Huda—Ketua Umum HMI Cabang Malang Komisariat Pertanian UMM periode 2003-2004 yang belum pernah menjadi pengurus Korkom dan katanya belum LK II—di Sekretaris Umum? Sudah terujikah dirinya? di Komisariat Pertanian mungkin ya, tapi di lingkungan Korkom? di lingkungan Cabang? Sedang saudara Rondhi yang notabene-nya Ketua Bidang PTKP Korkom hanya berada di wasekum? Saudara Bayu lahir dari mana? Rekomendasi Komisariat Isip???? Lucu dan ngeri memang mencoba mempolitiki komisariat, semua juga tahu mide formatuer dari UMM dan tentu saja jelas ada pembicaraan untuk menaruh “siapa layak dimana” biarlah hanya “mereka” dan Tuhan Subhanahu Wa Ta’ala yang tahu... toh bertanya pada rumput yang bergoyang juga tidak ada artinya, apalagi menatap langit, jelas dia tidak peduli...
Terakhir, adalah Lembaga Intra tingkat universitas dengan motor politik yang (di?)gembos(i) berakibat dengan hancurnya nama/citra Institusi HMI Cabang Malang di lingkungan Korkom UMM di depan organisasi lain.
Korkom hari ini memang sangat mengecewakan, kita mungkin membatin bahwa penolakan LPJ pada sidang Pleno II mungkin tidak cukup katakanlah ada dua Komisariat (Hukum dan Agama Islam) dalam pandangan umumnya yang merasa terlalu enak kalau cuma menolak LPJ mereka menyatakan bahwa mereka (pengurus Korkom) tidak layak melanjutkan jenjang perkaderan struktur di HMI atau dengan kata lain mencabut hak perkaderan struktur pengurus Korkom, bahkan mungkin saking jengkelnya ada satu Komisariat (Keguruan dan Ilmu Pendidikan) yang kalau bisa Muskom akherat, Muskom Akherat!
Sampai tulisan ini dibuat (Rabu, 01 Juni 2005), Muskom belum lagi selesai, tidak tahu apakah pengurus Korkom Demisioner, merasa telah selesai tugasnya ketika ia sudah demisioner? Padahal jelas dikatakan Konstitusi kita, pengurus demisoner masih menjadi penanggungjawab aktifitas sebelum adanya serah terima jabatan. Menurut penulis ini tidak ada itikad baik menyelesaikan Muskom, katakanlah pada saat dilaksanakannya Muskom pun Pengurus Korkom datang telat padahal sekali lagi dia adalah penanggungjawab Muskom, bahkan pernah tidak hadir satu hari paska menjadi demisioner (Sabtu, 28 Mei 2005) sehingga Muskom pun di pending lagi sampai hari ini. Ada apa dengan mereka???
Demikian penulis melihat kondisi Korkom yang entah berapa kali lagi penulis katakan tidak layak disebut HMI, yang menghancurkan basis kepercayaan Komisariat-komisariat kepada institusi yang diharapkan mampu mengkoordinir Komisariat dalam menjalankan fungsi perkaderan dan peran perjuangan demi terwujudnya sacred mission HMI; Terbinanya insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Akhirnya, JANGAN PERNAH TERJADI LAGI PERBUATAN NISTA SEPERTI INI! PENGKHIANATAN ANAK TERHADAP IBUNDANYA, PENGKHIANATAN ANGGOTA TERHADAP ORGANISASINYA, PENGKHIANATAN MEREKA TERHADAP H M I . . .
Hanya upaya kecil penulis untuk mengabadikan sepenggal catatan sejarah untuk meng-counter kebiasaan (jelek) Ma’af anggota dan/atau kader HMI Cabang Malang di lingkungan Korkom UMM yang hanya bisa berdiri di pojok-pojok waktu, bersumpah atas namanya, memaki atas namanya!!!
Dibuat pada 01 Juni 2005.
Dibuat pada 01 Juni 2005.
baru tau kalau abang ada blog yg isinya sangat menarik untuk dibaca dan di ambil hikmahnyha....
BalasHapustulisan lama dhan..
BalasHapusdan hanya sekedar menangkap fakta..
meskipun berat sebagaimana saat ini yang juga aku alami tapi ayo sama-sama... "Mari Berbagi Pengetahuan Untuk Mencapai Keimanan Yang Hakiki"
=)