06 Februari, 2011

NURANI DIMANA AKU DISINI.

RAHASIA PERTAMA 

Kemarin waktu lagi nyuci pakaian, dengan nada berat seorang teman berkata bahwa ia tidak lolos dari seleksi pendidikan profesi, waduh aku harus tepat memilih kata, tapi sepertinya yang ada dibenakku hanya “kapan pengumumannya?” yang kemudian dijawab tadi malam faxnya datang trus aku di telp. Teman katanya..namaku ga’ ada.. ceritanya berlanjut bahwa dari 38 orang yang mengikuti seleksi hanya 12 orang yang diterima, mencoba bersikap biasa—tapi sepertinya memang biasa—aku bertanya “kemarin ngurus?” teman, terminologi “ngurus” ini entah kenapa aku kok yakin, harusnya dimasukkan dalam KBBI dengan pengertian yang menyempit, karena istilah ini sekarang cenderung berarti mencoba menyiasati suatu seleksi, ujian, tes atau apalah itu yang biasanya ribet, “ngurus” menjadi jalan pintas, “ngurus” adalah menyimpangi prosedur2, “ngurus” merupakan keharusan! Katakanlah mulai dari ngurus masuk sekolah percontohan, ngurus kena tilang pak polisi, ngurus ikut tes CPNS dan tentu saja dalam kasus ini adalah ngurus ikut PPPJ.. ngurus juga teman cenderung pada uang, meskipun tidak satu2nya, karena bisa saja ngurus karena 267 a.k.a re-la-si, karena hubungan keluarga, dulu 12 tahun yang lalu istilah yang terkenal adalah nepotisme.. seperti yang dikatakan temanku tadi, katanya pada saat tes di surabaya, ada 4 orang— yang saat ini dinyatakan lulus—diajak makan oleh seorang yang berpengaruh pada kelulusan, “kelihatan betul ya?” katanya masih dengan nada berat.. tapi bagaimana “wong orang2 itu anak bintang kok” katanya lagi.. ga’ perlu aku terangkan padamu teman tentang apa itu bintang, yah yang paling sederhana mengartikannya adalah “petinggi” karena bintang letaknya tinggi, atau pangkat? Ah tau ah.. yang jelas temanku itu pada akhirnya hanya bisa berkata, “yang jelas usaha sudah maksimal, maksimal dalam menghadapi tes, maksimal dalam menjaga kesehatan dan tentu saja maksimal dalam uang”, ya.. 50juta rupiah, memang tidak sedikit, dengan jumlah segitu kawinku tidak akan tertunda teman he3x..

Bukannya pragmatis ataupun sok idealis atau apalah, tapi memang sepertinya mau tidak mau kita menjadi permisif dengan praktek ngurus seperti tadi teman.. dan apakah kita bisa salahkan mereka yang punya uang? Apa kita bisa hakimi dia yang terlahir sebagai anak bintang, punya ayah yang banyak keluarga, koneksi, relasi, pertemanan yang bertabur di pucuk-pucuk pimpinan suatu instansi dan organisasi? Tidak teman, kita tidak menyalahkan itu semua, benarlah kiranya pameo yang mengatakan “banyak teman, banyak rezeki”, atau “silaturahmi berbasis rezeki”, tapi bagaimana bila kita tidak punya itu semua, kita bukan siapa2, tak punya teman siapa2, tak ada uang siapa saja.. teman, dalam tulisan ini sebenarnya aku hanya ingin berbagi pengalaman tentang itu semua, minimal buat diri pribadi akan menjadi pengingat bahwa diri harus terus berusaha menjadi apa yang diri yakini..

Dulu waktu tes CPNS teman, sepeser rupiah pun tak ada yang aku keluarkan selain dari yang seharusnya, maksudku seperti tes kesehatan yang harus bayar Rp.750 ribu, ya tentulah ikut bayar.. yang pada waktu itu rata2 teman yang ngurus minimal Rp.75 juta s/d Rp.250 juta, wuih kamu emang beruntung.. kata teman yang percaya, karena banyak teman yang tidak percaya kalau aku lolos murni, stilah yang dipakai bagi mereka yang ga’ ngurus adalah murni teman, murni . betulkah aku seberuntung itu? Apakah ada manusia beruntung atau manusia sial dalam kehidupan ini.. aku kok ga’ yakin karena sepertinya hanya dalam dunia donald bebek saja ada “untung selalu beruntung” ..di dunia kita tidak teman, aku katakan padamu tidak ada, semua kita yang tentukan, janganlah berpusing di area itu, ingatlah kata guru Oogway, kura2 terbijak di China dalam Kungfu Panda itu ”yesterday is history, tommorow is mistery but today is a gift” ya, hidup itu anugerah teman, hidup itu hadiah, hidup itu pemberian, jadi manfaatkan pemberian itu baik2.. just let down and enjoy it ha9x.. (berbaring dan nikmati, maksut loh??), kita memang tidak punya apa2, kita tidak punya siapa2, tapi teman, ingat kita punya Dia, mintalah padaNYa yang senantiasa memberi kita.. eits tunggu dulu teman, aku ga’ bermaksud sok religius, sok agamis kok, teman ga’ beragama its ok’, ga’ masalah itu, yang jelas teman punya Tuhan.. dilain waktu aku akan bahas ini bila teman tidak terima, percayalah ga’ ada orang yang ga’ bertuhan, meski mereka mengaku penganut atheisme.

Dulu—lagi?—waktu mau ikut seleksi pendidikan profesi, semua pada kasak-kusuk, semua pada nanya, ada bahkan satu teman yang sudah dijawab “ga’ ada” terus2an aja nanya, katanya “siapa yang ngurusin ikam rif?” atau “lawan siapa ikam ngurus?” itu terus saja ditanya sama tu teman, bisa jadi dia terlalu khawatir bila dia tidak lolos.., eh hampir lupa “ikam” itu artinya “kamu”, teman dan “lawan” itu maksudnya adalah “sama”, nah karena jengkel ditanya2 mulu begitu apalagi saat itu aku kena gejala tipes.. siang badan menggigil, malam meriang.. akhirnya aku berkata padanya, “aku ngurus sama Tuhan”, dalam hati aku sampai terucap “teman ini lupa, bukan pada manusia kita minta tolong” terus terang aku katakan pada teman2ku yang lainnya juga “bukannya aku ga’ mau ngurus, aku ga’ punya kenalan, duit juga ga’ punya, kalau memang harus ngurus begini untuk bisa lolos, mungkin tahun depan aku akan ngurus, yah setahun besok aku akan ngumpulin duit, tapi saat ini ga’.” Dan kamu tau teman, aku lolos dan teman yang bertanya tadi tidak, kenapa begitu padahal dia ngurus dan aku tidak?

Tuhan itu sombong teman, hanya Tuhan yang bisa memberi maka dia pantas untuk sombong, dan kita yang tak memiliki apa2 bahkan jiwa dan diri ini, hanya bisa berterima kasih padaNya.. dan karena sombongnya, Tuhan itu suka dipuji, disanjung2.. Tuhan itu suka dirayu.. dan bila Ia bisa kamu rayu teman, apapun yang kamu minta, niscaya dikasihNya, diberiNya, that’s the secret my friends.. itu rahasiaNya. Secara tidak sengaja aku menemuinya 3,5 tahun yang lalu saat tes CPNS itu. Saat tes CPNS yang pada waktu itu hanya disangui sama ibu Rp. 200ribu, saat tes CPNS waktu itu dimana aku tidur dan makan numpang di tempat teman—seperti keluarga sendiri memang—ya.. tidak sengaja aku menemuinya di keluarga yang rajin kali beribadah baik sholat, ngaji dan lainnya itu..di keluarga yang aku tumpangi itu, tapi tentu saja waktu itu aku tidak menyadarinya, tapi saat seleksi profesi ini aku penuh dengan kesadaran, bahwa Dia ada! maka kurayulah Ia, pilihanku masih sama pada Ad-Dhuha dan Salawat Nariyah yang terus aku lantunkan dengan sebaik-baiknya suara yang pernah aku usahakan.. sebaik-baiknya mulut ini yang seringkali memaki dan berkata sial atau djancuk.. dan agar lebih wah aku bahkan berjanji padaNya, kukatakan “wahai Tuhan, bila aku diterima pada seleksi ini, aku akan puasa untukMu dua bulan” dan teman sampai sekarang aku baru berpuasa 11 hari, aku masih punya utang banyak.. apakah Tuhan marah? Ga’lah aku yakin Tuhan itu pemurah, pengasih lagi penyayang.. tapi tentu saja aku harus penuhi janji itukan.. ya aku akan penuhi janji itu!

Aku sebenarnya ingin berbagi juga betapa menariknya pengalamanku saat seleksi2 itu berlangsung.. ingin juga bagi kenapa Ad-dhuha dan Salawat Nariyah itu, tapi mungkin tidak kali ini, yang jelas teman, seingatku ada 4 orang yang aku rekomendasikan cara ini, dan 2 diterima 2 tidak, kita bisa bilang itu kebetulan toh kita juga tidak pernah tau, apakah 4 orang itu mempraktekkannya atau tidak, tapi yang jelas aku merasa 2 kali kelolosanku karena itu.. tapi itukan hanya jalan teman, yang penting kita tau rahasiaNya.. bahwa Tuhan itu pengasih dan bagaimana kita merayuNya, membuatNya tidak marah pada diri. Nah untuk saat ini dan seterusnya, ayo diri sering2lah memujiNya, mungkin itu pula rahasia hidup bahagia, sebagaimana kita lihat mereka yang tampak bahagia karena sering memuji namaNya..

Mari biasakan berkata “Puji Tuhan”
Katakan “Alhamdulillah”!


Tulisan ini di-upload sebagai catatan di facebook pada 17 Maret 2010 

related post



0 komentar:

Posting Komentar

sebenernya sih enggan, karena takut juga dengernya, tapi gimana lagi ntar dibilang melanggar HAM, ga' ngasih tempat buat protes, dah nulis ga' tanggung jawab.. okelah konstruktif, dekonstrukstif maupun dekstruktif sekali pun aku siap dengarnya.
thanks for comment..