Masih ingat dengan joker yang senyumnya mengejek? Beberapa teman mengatakan joker diciptakan adalah sebagai pelengkap, benarkah? Ya, sederhananya tidak akan pernah lengkap kartu remi tanpa kehadiran joker.. tapi bayangkan perasaan kita sendiri bila kita diciptakan cuma sebagi pelengkap dunia ini, itu saja tidak lebih, tanpa tau apa tujuan kita diciptakan, untuk apa, mau kemana, kita hanyalah properti yang nggangur yang tidak pernah digunakan oleh sang sutradara dalam pembuatan film murahannya itu. Bisakah kita bayangkan itu? Bila 2 (dua) dengan nilainya sendiri yang walaupun kecil, tapi ditempat lain bila dia berpadu, bekerja sama, berorganisai dengan 3, 4, 5, 6, 7 yang berkeyakinan sejenis bisa menghasilkan kekuatan besar.
Raja walaupun tertinggi selalu saja kalah bila sendiri, masing-masing memiliki nilai dalam panggung kehidupan ini dan ternyata anda dapati diri anda hanyalah pelengkap tanpa nilai? that’s hurt babe.. that’s hurt.
Senyum bak Monalisa karya Leonardo Da Vinci itu memang misteri, tapi tentu saja memiliki arti.. Joker adalah sosok yang sadar, joker menyelinap keluar dari kesadaran umum bahwa kehidupan yang dijalani para kartu hanyalah sebuah permainan.. kita, kata joker hanyalah boneka-Nya, kita menjalani kehidupan semu yang sudah dikendalikan-Nya sekedar sebagai penghibur, berapa pun nilaimu, kita telah dibutakan, kita tidak sadar, kita hanyalah khayalan-Nya.. kita tidak nyata! kita palsu! teriak joker! Terbersitlah dalam ruang kecil pikiran kita yang tak pernah tersentuh, apakah dia diciptakan untuk mengingatkan kita, dia memang unik, lihat, dia bukanlah hati, bukan wajik, bukan sekop, bukan pula keriting, ya meskipun Raja, Ratu, As, 3, 6, 9 mereka tetap sama, tidak beda, tidak hati ya keriting tidak wajik ya sekop, pastilah salah satu dari ke-empat itu.
Namun tentu saja kebanyakan dari ke-empat kelompok itu tidak mendengarkannya, dia adalah orang gila! Joker itu tukang sihir! Dia meracau mantara setan! Jangan dengarkan dia, ancam mereka! Sedang mereka yang berkeyakinan ”untungisme” itu lho mereka yang mendapat musibah apapun masih mengatakan ”untung tidak..” akan berkata sudah untung kita diberikan kesempatan untuk hidup kenapa juga harus mempertanyakan untuk apa, kenapa, dst..lah. dan mungkin Jokerlah sosok yang bakal tersenyum terakhir..
Kayaknya menarik kalo buat resensi "Misteri Soliter", tidak kalah menarik dengan "Vita Brevis".
BalasHapustampaknya begitu han, cuma udah lama betul ga'buka2 jostein gaarder.. insting laba2ku ilang ntah kemana, semua kini terasa berat, "maya" yang aku beli sudah hampir 4 bulan juga ga' rampung2..
BalasHapusmungkin aku sudah ga' peka lagi..
mungkin aku sudah ga' sesensitif dulu..
mungkin karena rutinitas yang menjebak..
mungkin aku butuh rangsang berpikir lagi..
melihatmu banyak menulis selalu saja membuat hati ini iri..
melihat-membaca tulisan inipun tampak tidak terasa kejanggalannya..
kenapa tidak ada lagi suara yang berkata meskipun lirih "hey ini ada yang kurang!"
ah.. mungkin aku sudah menjadi orang lain
wah berat nih.... bingung saya bacanya ^^!
BalasHapuswahhh.. gambarnya seremmm... :)
BalasHapusJadi inget Heath Ledger di Dark Night :) Sumpeh keren banget dan bener2 menggambarkan artikel lu :)
BalasHapus@Retrina ..wah aku belum sempet liat dark night nih.. batman sebelumnya begitu mengecewakan..
BalasHapusseremmm gambarnya
BalasHapusKasihan si joker, dia sadar, tapi dianggap gila oleh masyarakat yg gila...
BalasHapusGila itu artinya kita berbeda dari kebiasaan umum,
Jika semua orang berpikir bahwa 1+1=5, dan kita berkata bahwa 1+1=2, maka kitalah yg gila, sesat, kerasukan iblis... hahaha...
V mendeta juga sama kalau saja si joke bukan mencari sesuatu yang merusak semua nya...salah benar tuhan maha adil
HapusMusrik banyak agama dijual belikan...sedangkan tokoh dan pejabat malah tertawa hahahaha...?
BalasHapus