Ada sesuatu yang lain memang bila mengenalnya.. putih, mulus dan seksi, putri iklan dari ST-12 itu sangat mungkin dikatakan pas sekali untuk melukiskan dirinya.. ya, dia memang menarik! Mengenalnya itu adiktif! karena selalu ada keinginan yang mendesak keluar tak tertahankan untuk selalu berada di dekatnya, dan aneh selalu saja ada alasan bagi laki-laki untuk bisa menjadi bagian dari cerita hidupnya, kebanggaankah? Kepuasan tersendirikah? entahlah semua seperti tidak cukup tanpa kehadirannya.
Tetapi kenapa dia selalu memaki laki-laki? Laki-laki itu bangsat semua! Bungul semua! Sudah 3, 4, 5, 7, 15, 30 entah berapa kali sudah aku mendengar makiannya selama mencoba mengenalnya.. ya hanya mencoba mengenalnya, karena hampir lebih dari 24 bulan ini, akupun masih belum mengenalnya, sangat jauh dari kata “dekat”, bagaikan biru yang tenang dilangit, ataupun tenangnya biru di laut, misteri di dalamnya tak pernah terpecahkan.. beberapa kali diri ini terhina mendengarnya meskipun aku yakin makian itu tidak ditujukan pada diri ini, tapi.. bukankah aku juga laki-laki? Bukankah aku juga pantas terhina?
Sempat terpikir apakah perempuan dan laki-laki itu berbeda? Hmm.. fisik tentu saja berbedalah, bukankah laki-laki punya penis dengan hormon testoteronnya dan perempuan dengan vagina dan hormon estrogennya, kita tentu masih ingat pelajaran tentang reproduksi masa SMP dulu, terus.. sifat?, karakter bawaan? bahwa perempuan itu feminim, lemah lembut, perasa, halus, dan laki-laki itu maskulin, gagah berani, kasar, garang, tidak perasa dst.. aku pikir, hanyalah sebuah konstruk sosial yang terbangun rapi selama ratusan abad lamanya, ya aku ingat ketika kecil, aku selalu dibelikan mainan seperti pistol-pistolan, mobil-mobilan, robot, bahkan ketika jatuh disengaja ataupun tidak, dan rasanya sungguh memang sangat sakit! karena meninggalkan beset luka berdarah, selalu saja dikatakan orang-orang dewasa itu “laki-laki tak boleh nangis!”, “laki-laki itu tidak boleh cengeng!” dst.. tidakkah boleh lelaki menangis? walapun rasa itu betu-betul sakit? tidak adakah tempat di dunia ini bagi kaum adam untuk bersedih? dan dapat dipastikan perempuan pun begitu, ya, main masak-masakan, main boneka, main rumah-rumahan, ada 1, 2 perempuan naik pohon kemudian dilarang! pamali! Kata mereka.
Lalu apa? protes bahwa tempat perempuan yang katanya cuma dapur, kasur dan sumur? kukira juga tidak relevan, bukankah hari ini perempuan juga memasuki semua ranah pekerjaan? dan toh tidak sedikit perempuan yang juga sebenarnya malah melegitimasi keberadaannya dalam konstruk tadi? tidak saja dapur, kasur dan sumur, tapi sekarang pedicure, medicure, body language dll.. tidak sedikit perempuan yang takut hitam, entahlah iklan-iklan di TV itu memang sangat masif dalam mengkampanyekan bahwa putih itu cantik! bukankah itu tidak adil, dan ejek besar-besaran bagi mereka, para perempuan yang memang sejak lahirnya tidak berkulit putih? sebutlah mereka yang lahir di belahan dunia timur, aku heran katanya pembedaan rasis di dunia ini sudah dihapuskan..
Setauku yang sedikit, sangat sedikit mengenal agama pun Tuhan tidak pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan, toh bicara tafsir tentang kepemimpinan perempuan misalnya juga masih beragam pendapat dari mereka yag mengerti agama tersebut.. tetapi semua akan satu pendapat tentang makhluk yang akan dinaikkan derajatnya bila ber-ilmu! Semua akan sepakat bahwa yang mulia di depan Tuhan adalah mereka yang ber-takwa! tidak peduli laki-laki ataukah perempuan dia, jadi harusnya selesailah sudah bahwa laki-laki dan perempuan itu sama.
Kembali pada rasa jengkel—sudah aku bilang, terkadang—ku tadi, kenapa dengannya yang menyebut semua laki-laki, bukankah men-generalisir laki-laki itu sama artinya dengan menghina keberadaan laki-laki di muka bumi ini? Memaki laki-laki juga adalah memaki orang tua atau bapak kita sendiri? memaki laki-laki juga adalah memaki Muhammad—semoga kemuliaan selalu terlimpah padanya, keluarga dan sahabat—utusan-Nya, dan juga junjungan kita? Memaki laki-laki sudah pasti berarti memaki-Nya yang telah mencipta, memaki-Nya yang membuat makhluk berjenis laki-laki yang bangsat, bajingan, dan bungul? tapi tentu saja aku berharap tidak seperti itu, kupikir apalah di dunia ini yang sama, jangankan fisik yang diukur, kembar siam, identik sekalipun pasti akan berbeda, apalagi bicara tentang sifat, sikap, prilaku, karakter yakinlah tidak akan pernah sama! Hukum kausalitas yang meng-adakan sesuatu akibat karena sebab tentu saja masih berlaku dalam kehidupan ini, bahwa penjara penuh dengan laki-laki yang berarti tidak sedikit laki-laki jahat itu tentu saja benar, namun tentu saja kita harus obyektif dalam melihat sesuatu, ya faktor yang melatar belakangi perbuatan jahat itu tentu saja banyak, kita bisa mulai dari faktor pendidikan, kebutuhan, kesempatan dan tentu saja yang utama adalah pikiran. Itulah mungkin kata-kata kasar Tuhan dalam firman-Nya, selalu apakah kamu tidak berpikir?
Mungkin karena pikiran bisa membawa pada kemaslahatan, kemuliaan tetapi juga dapat membawa bencana, kemudharatan.. ketika kita sadari bahwa apa yang ada di sekitar kita, di sekeliling kita ini adalah hasil dari olah pikir manusia, sebutlah hari ini kita sangat tergantung pada listrik, telivisi, hand phone, semua lahir karena fikiran, kita bisa bayangkan bagaimana bila fikiran itu tidak berkembang, mungkin kita tidak akan dekat satu sama lain hanya karena tempat lahir kita berbeda, dan tentu saja tidak ada sepeda motor, tidak ada mobil, tidak ada pesawat terbang, semua jauh, semua berjarak, semua tak pernah dikenal, dunia menjadi asing, dunia jadi tidak berwarna, tak ada syair “kamu suka, aku suka sudah jangan bilang sapa-sapa..” yang konon sangat menggambarkan diri ini, semua jadi hampa.
Sehingga sekarang permasalahannya adalah pikiran ini sudah kita tempatkan pada tempatnya apa belum? dalam kesempatan lain aku pernah ditanya tentang apakah laki-laki bisa melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang tidak dicintanya, sudah pasti aku jawab “ya, bisa!”, tetapi kenapa pertanyaan itu berhenti disana? seolah sudah didapatkan kesimpulan dari si-penanya, karena yang kulihat berikutnya adalah ekspresi “bahwa benarlah apa yang kupikirkan selama ini”, ya seolah jawabanku adalah legitimasi pendapat yang sudah ada jauh sebelum pertanyaan itu dilontarkan, tentu saja yang aku maksud adalah “pengakuan” dari “pihak” laki-laki. Bila mau obyektif, pertanyaan berikutnya adalah “kenapa bisa begitu? Apa sebab hingga laki-laki bisa berhubungan seksual dengan perempuan tanpa rasa cinta?” aku bahkan akan mengatakan tidak saja dengan perempuan yang tidak dicintainya, ya, laki-laki bahkan bisa berhubungan seksual dengan perempuan yang tidak dikenalnya, kita sama-sama mengetahuinya kok, hanya saja mungkin kita dibutakan oleh pendapat dari hasil olah pikir kita sendiri, kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar! Ya, lokalisasi, apakah kita sungguh tidak mengetahui tentang pekerja seks komersil atau dalam bahasa kasar kita sehari-hari adalah pelacur?, yakinlah banyak transaksi seksual yang dilakukan oleh pelacur (aku tidak menyebut perempuan, sebab banyak pula pelacur itu laki-laki) dan konsumennya adalah tanpa hubungan kenal dekat, bahkan mungkin baru tau sebatas nama, yang sepertinya juga bukan nama sebenarnya, tanpa tau dimana, darimana dia berasal, tanpa peduli bagaimana perasaannya dst.. bila dikembalikan dengan begitu apakah perempuan tidak bisa berhubungan seksual tanpa cinta? Jika ingin memperdalam bahasannya seharusnya kita juga bertanya apa korelasi cinta dan hubungan seksual?
Jujur, pada awalnya aku ingin sekali membuat sebuah cerita pendek, tapi aku tak tau sebenarnya apa yang ingin aku tulis, setelah membiarkannya mengalir seadanya, kupikir lebih baik ku akhiri saja tulisan ini dari pada lebih tidak jelas arahnya dan mungkin menyesatkan.. ah sudahlah, ada sebuah cerita menarik tentang suami-istri yang baru pindah ke sebuah rumah.
Meskipun bagiku mungkin ada sedikit yang terkadang membuat dirinya kurang, namun kuakui sekarang aku kecanduan padanya, ada rasa menagih yang menyiksa bila berada tidak di dekatnya, tidak menghirup aroma tubuhnya, tidak merasakan lembut halus kulitnya.. tanpanya semua menjadi tidak menyenangkan, semua menjadi tidak lagi indah, dia memang menarik! putih, mulus dan seksi…
selamat ulang tahun nan..
Tetapi kenapa dia selalu memaki laki-laki? Laki-laki itu bangsat semua! Bungul semua! Sudah 3, 4, 5, 7, 15, 30 entah berapa kali sudah aku mendengar makiannya selama mencoba mengenalnya.. ya hanya mencoba mengenalnya, karena hampir lebih dari 24 bulan ini, akupun masih belum mengenalnya, sangat jauh dari kata “dekat”, bagaikan biru yang tenang dilangit, ataupun tenangnya biru di laut, misteri di dalamnya tak pernah terpecahkan.. beberapa kali diri ini terhina mendengarnya meskipun aku yakin makian itu tidak ditujukan pada diri ini, tapi.. bukankah aku juga laki-laki? Bukankah aku juga pantas terhina?
Sempat terpikir apakah perempuan dan laki-laki itu berbeda? Hmm.. fisik tentu saja berbedalah, bukankah laki-laki punya penis dengan hormon testoteronnya dan perempuan dengan vagina dan hormon estrogennya, kita tentu masih ingat pelajaran tentang reproduksi masa SMP dulu, terus.. sifat?, karakter bawaan? bahwa perempuan itu feminim, lemah lembut, perasa, halus, dan laki-laki itu maskulin, gagah berani, kasar, garang, tidak perasa dst.. aku pikir, hanyalah sebuah konstruk sosial yang terbangun rapi selama ratusan abad lamanya, ya aku ingat ketika kecil, aku selalu dibelikan mainan seperti pistol-pistolan, mobil-mobilan, robot, bahkan ketika jatuh disengaja ataupun tidak, dan rasanya sungguh memang sangat sakit! karena meninggalkan beset luka berdarah, selalu saja dikatakan orang-orang dewasa itu “laki-laki tak boleh nangis!”, “laki-laki itu tidak boleh cengeng!” dst.. tidakkah boleh lelaki menangis? walapun rasa itu betu-betul sakit? tidak adakah tempat di dunia ini bagi kaum adam untuk bersedih? dan dapat dipastikan perempuan pun begitu, ya, main masak-masakan, main boneka, main rumah-rumahan, ada 1, 2 perempuan naik pohon kemudian dilarang! pamali! Kata mereka.
Lalu apa? protes bahwa tempat perempuan yang katanya cuma dapur, kasur dan sumur? kukira juga tidak relevan, bukankah hari ini perempuan juga memasuki semua ranah pekerjaan? dan toh tidak sedikit perempuan yang juga sebenarnya malah melegitimasi keberadaannya dalam konstruk tadi? tidak saja dapur, kasur dan sumur, tapi sekarang pedicure, medicure, body language dll.. tidak sedikit perempuan yang takut hitam, entahlah iklan-iklan di TV itu memang sangat masif dalam mengkampanyekan bahwa putih itu cantik! bukankah itu tidak adil, dan ejek besar-besaran bagi mereka, para perempuan yang memang sejak lahirnya tidak berkulit putih? sebutlah mereka yang lahir di belahan dunia timur, aku heran katanya pembedaan rasis di dunia ini sudah dihapuskan..
Setauku yang sedikit, sangat sedikit mengenal agama pun Tuhan tidak pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan, toh bicara tafsir tentang kepemimpinan perempuan misalnya juga masih beragam pendapat dari mereka yag mengerti agama tersebut.. tetapi semua akan satu pendapat tentang makhluk yang akan dinaikkan derajatnya bila ber-ilmu! Semua akan sepakat bahwa yang mulia di depan Tuhan adalah mereka yang ber-takwa! tidak peduli laki-laki ataukah perempuan dia, jadi harusnya selesailah sudah bahwa laki-laki dan perempuan itu sama.
Kembali pada rasa jengkel—sudah aku bilang, terkadang—ku tadi, kenapa dengannya yang menyebut semua laki-laki, bukankah men-generalisir laki-laki itu sama artinya dengan menghina keberadaan laki-laki di muka bumi ini? Memaki laki-laki juga adalah memaki orang tua atau bapak kita sendiri? memaki laki-laki juga adalah memaki Muhammad—semoga kemuliaan selalu terlimpah padanya, keluarga dan sahabat—utusan-Nya, dan juga junjungan kita? Memaki laki-laki sudah pasti berarti memaki-Nya yang telah mencipta, memaki-Nya yang membuat makhluk berjenis laki-laki yang bangsat, bajingan, dan bungul? tapi tentu saja aku berharap tidak seperti itu, kupikir apalah di dunia ini yang sama, jangankan fisik yang diukur, kembar siam, identik sekalipun pasti akan berbeda, apalagi bicara tentang sifat, sikap, prilaku, karakter yakinlah tidak akan pernah sama! Hukum kausalitas yang meng-adakan sesuatu akibat karena sebab tentu saja masih berlaku dalam kehidupan ini, bahwa penjara penuh dengan laki-laki yang berarti tidak sedikit laki-laki jahat itu tentu saja benar, namun tentu saja kita harus obyektif dalam melihat sesuatu, ya faktor yang melatar belakangi perbuatan jahat itu tentu saja banyak, kita bisa mulai dari faktor pendidikan, kebutuhan, kesempatan dan tentu saja yang utama adalah pikiran. Itulah mungkin kata-kata kasar Tuhan dalam firman-Nya, selalu apakah kamu tidak berpikir?
Mungkin karena pikiran bisa membawa pada kemaslahatan, kemuliaan tetapi juga dapat membawa bencana, kemudharatan.. ketika kita sadari bahwa apa yang ada di sekitar kita, di sekeliling kita ini adalah hasil dari olah pikir manusia, sebutlah hari ini kita sangat tergantung pada listrik, telivisi, hand phone, semua lahir karena fikiran, kita bisa bayangkan bagaimana bila fikiran itu tidak berkembang, mungkin kita tidak akan dekat satu sama lain hanya karena tempat lahir kita berbeda, dan tentu saja tidak ada sepeda motor, tidak ada mobil, tidak ada pesawat terbang, semua jauh, semua berjarak, semua tak pernah dikenal, dunia menjadi asing, dunia jadi tidak berwarna, tak ada syair “kamu suka, aku suka sudah jangan bilang sapa-sapa..” yang konon sangat menggambarkan diri ini, semua jadi hampa.
Sehingga sekarang permasalahannya adalah pikiran ini sudah kita tempatkan pada tempatnya apa belum? dalam kesempatan lain aku pernah ditanya tentang apakah laki-laki bisa melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang tidak dicintanya, sudah pasti aku jawab “ya, bisa!”, tetapi kenapa pertanyaan itu berhenti disana? seolah sudah didapatkan kesimpulan dari si-penanya, karena yang kulihat berikutnya adalah ekspresi “bahwa benarlah apa yang kupikirkan selama ini”, ya seolah jawabanku adalah legitimasi pendapat yang sudah ada jauh sebelum pertanyaan itu dilontarkan, tentu saja yang aku maksud adalah “pengakuan” dari “pihak” laki-laki. Bila mau obyektif, pertanyaan berikutnya adalah “kenapa bisa begitu? Apa sebab hingga laki-laki bisa berhubungan seksual dengan perempuan tanpa rasa cinta?” aku bahkan akan mengatakan tidak saja dengan perempuan yang tidak dicintainya, ya, laki-laki bahkan bisa berhubungan seksual dengan perempuan yang tidak dikenalnya, kita sama-sama mengetahuinya kok, hanya saja mungkin kita dibutakan oleh pendapat dari hasil olah pikir kita sendiri, kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar! Ya, lokalisasi, apakah kita sungguh tidak mengetahui tentang pekerja seks komersil atau dalam bahasa kasar kita sehari-hari adalah pelacur?, yakinlah banyak transaksi seksual yang dilakukan oleh pelacur (aku tidak menyebut perempuan, sebab banyak pula pelacur itu laki-laki) dan konsumennya adalah tanpa hubungan kenal dekat, bahkan mungkin baru tau sebatas nama, yang sepertinya juga bukan nama sebenarnya, tanpa tau dimana, darimana dia berasal, tanpa peduli bagaimana perasaannya dst.. bila dikembalikan dengan begitu apakah perempuan tidak bisa berhubungan seksual tanpa cinta? Jika ingin memperdalam bahasannya seharusnya kita juga bertanya apa korelasi cinta dan hubungan seksual?
Jujur, pada awalnya aku ingin sekali membuat sebuah cerita pendek, tapi aku tak tau sebenarnya apa yang ingin aku tulis, setelah membiarkannya mengalir seadanya, kupikir lebih baik ku akhiri saja tulisan ini dari pada lebih tidak jelas arahnya dan mungkin menyesatkan.. ah sudahlah, ada sebuah cerita menarik tentang suami-istri yang baru pindah ke sebuah rumah.
Pada suatu pagi setelah bangun tidur si istri yang berdiri di depan jendela kaca kamar mereka dan melihat ke arah tetangga yang sedang menjemur pakaian, kemudian berkomentar “lihat, cucian tetangga kita itu masih kotor, apakah dia tidak pernah diajarkan tentang cara mencuci?” suaminya hanya diam mendengar komentar istrinya, pada besok paginya di depan jendela yang sama si istri kembali berkomentar, “hey apakah dia tidak sadar bahwa cucian itu masih kotor, deterjen murahankah yang dia pakai dalam mencuci..”, sama seperti hari sebelumnya di hari ketiga, si istri tetap pada komentarnya yang menyatakan bahwa tetangganya tidak becus dalam mencuci, karena cuciannya masih pada kotor semua, pada hari ke-empat, komentar si istri berubah ia berkata, “suamiku lihat, pasti sudah ada yang mengajarkan pada tetangga kita tentang cara mencuci yang benar, sekarang sudah ada perubahan pada cuciannya”, si suami masih saja diam, pada keesokannya istrinya berkomentar, “sekarang tetangga kita sudah mahir dalam mencuci, sekarang cuciannya sudah bersih semua”. Akhirnya suaminya berkomentar, “istriku kamu tau, kemarin dan hari ini aku bangun pagi lebih awal darimu, kemudian aku mengelap jendela kaca kamar kita hingga kotoron yang menempel di jendela itu hilang semua”.
Meskipun bagiku mungkin ada sedikit yang terkadang membuat dirinya kurang, namun kuakui sekarang aku kecanduan padanya, ada rasa menagih yang menyiksa bila berada tidak di dekatnya, tidak menghirup aroma tubuhnya, tidak merasakan lembut halus kulitnya.. tanpanya semua menjadi tidak menyenangkan, semua menjadi tidak lagi indah, dia memang menarik! putih, mulus dan seksi…
selamat ulang tahun nan..
Lagi curaht Bro? Konstruksi budaya kita mengatakan bahwa laki2 itu lebih kuat dari perempuan. Anda mengatakan bahwa kita, kaum laki2, tidak boleh menangis. Tapi laki2 sering tidak berdaya di hadapan perempuan. Menaklukkan tanpa kekerasan, kata tersebut mungkin tepat untuk digunakan. Kalo memang betul lagi bermasalah dengan yang namanya perempuan, atau wanita, atau cowok, atau wedok, apaun istilah yg mau digunakan, semoga lekas selesai persoalannya, amien...
BalasHapusmungkin yang pertama terucap olehku: cukup menarik, juga menilisik dan menggelitik bangunan ato tatanan mind masyarakat kita selama ini....
BalasHapustp yang buat bigung bin pusing, apa hubungannya tulisan di paragraf2 awal dengan cerita suami-istri pada paragraf2 akhir?
malah terkesan perempuan yang diwakili sang istri sering melakukan kesalahan tanpa disadarinya dan laki2 yang diwakili sang suami yang lebih arif dan bijak menyikapi...g bias gender lg tu sodara?
ha3x.. saudara imtihan tadinya ini sebuah surat yang tak tersampaikan di hari ulang tahun seorang teman jadi memang agak sedikit emosional entahlah curhat mungkin..
BalasHapussaudara dikin luar biasa teliti, cerita di akhir hanyalah sedikit kesimpulan bahwa ternyata seringkali ngejudge seseorang tanpa melihat diri kita sendiri.. ibarat peribahasa kita yang bilang kuman diseberang tampak, gajak dipelupuk mata tak tampak..mungkin begitu.. soal bias gender lagi kebetulan ceritanya tentang cucian jadi kurang enak bila si suami yang berkomentar tentang cucian tetangga, eit bukannya mo bilang tempat perempuan itu di sumur, maksudku sangat sering--kalo ga' boleh bilang terkadang--laki-laki itu tidak begitu peduli dengan kebersihan..
that's all thanks for teh comment.